Persib Tanpa Bobotoh is Nothing

- 30 Januari 2024, 01:16 WIB
Bobotoh Persib memenuhi bangku stadion GBLA untuk mendukung tim kesayangannya.
Bobotoh Persib memenuhi bangku stadion GBLA untuk mendukung tim kesayangannya. /Adil Nursalam/Simamaung/

SIMAMAUNG - “DIPERMUDAH bukan DIPERSULIT”. Salah satu banner yang terlihat di tribun Timur GBLA saat Persib vs Madura United. Hal ini mungkin salah satunya mengacu kepada sistem pertiketan yang riweuh menurut sebagian Bobotoh, tapi tidak bagi sebagian lainnya. Menurut Deputy CEO PT PBB di kanal Youtube, masalah pertiketan ini relate sama kejadian Kanjuruhan dimana FIFA masih memantau dan meminta improvement serta countermeasure masalah penonton ini.

Baca Juga: Benarkah Manajemen Persib Ingin Menciptakan 'Bobotoh Baru'?

Tidak dapat dipungkiri bahwa tiket adalah salah satu sumber pendapatan klub sepak bola, makanya dengan menaikan harga sebagai imbas tidak diperbolehkan stadion di Indonesia full kapasitas (enya kitu..? di stadion lain oge kuduna teu meunang full), memaksa klub mau tidak mau naikin harga untuk nutup operasional.

Berikut adalah sumber pendapatan klub sepak bola:

  1. Pendapatan penyiaran (hak TV dan radio dan pendapatan media). Saur Pak Deputy CEO mah tos aya peningkatan, disesuaikan dengan peringkat klub di klasemen musim sebelumnya. Duka teuing sabaraha-sabarahana mah.
  2. Pendapatan komersial dan lainnya (pendapatan dari sponsor dan iklan, pendapatan dari penjualan produk dan lisensi, dan pendapatan lainnya). Alhamdulillah ngaberendel sponsor Persib mah. ada yang bilang itu sponsor adalah sister company. Tapi selama nguntungkeun mah teu nanaon walaupun cuma mindahin cash flow dari perusahaan satu grup. Persib Store oge tos aya untuk masalah ini mah.
  3. Penjualan tiket. Tah ieu nu ayeuna nuju diikhtiaran ku manajemen. Perubahan itu memang tidak nyaman bahkan akan mendapatkan retensi. Tapi hal ini harus dilakukan untuk tujan yang lebih baik menurut yang bikin kebijakan. Mungkin targetnya lain bobotoh usia 30 tahum ke atas, tapi bobotoh 30 tahun ke bawah yang memang kelak akan punya kuasa menentukan keuangan sendiri dan “menguasai” tribun 5 tahun kemudian. Jadi cigana selama masa transisi ini jangan diharapkan stadion penuh riuh, juga para pemain dan calon pemain Persib jangan berharap ada dukungan “keren” dari bobotoh di stadion seperti tahun-tahun sebelumnya. Masalah besaran nilai tiket diharapkan manajemen bisa lebih bijak agar “Persib nu Aing” tetep menggelora sampai nanti kelak, lain “Persib nu PT.PBB”.
  4. Penghasilan dari transfer pemaiin. Di Liga 1 Indonesia mah asa belum banyak praktek seperti ini, engke mereun mun geus berhasil di no.3 tadi karek klub-klub baru masuk fase ini.

Tentunya harus ada added value lain dengan kenaikan harga tiket tersebut. Minimal tong musingkeun atuh dari segi permainan. Mengenai harga itu sendiri, pastinya manajemen PT PBB sudah kalkulasi profiling target pasar yang diyakini mampu dan mau mengeluarkan uang segitu untuk datang ke stadion. Jadi kasih pelayanan yang terbaik buat “konsumen” setia kalian yang gak pernah itung-itungan dalam mendukung Sang Maung Bandung.

Dibanding jaman baheula nonton di Siliwangi mah geus asa jauh atuh kenyamanan ayeuna. Ti murangkalih, teteh-teteh, ibu-ibu, aki-aki meuni asa jongjon katingalina. Tapi tetep harus dicari win-win solution masalah harga tiket ini. Mungkin menerapak system floor and roofing harga tiket, kasih batas bawah dan batas atas. Jadi mungkin tiap pertandingan akan berbeda harga tergantung hari, waktu kick off, tingkat kepentingan laga dan juga lawan yang dihadapi. Trik early bird dan presale juga salah satu taktik sales, sakali deui asal eta aplikasi beneran. Aing geus ngabelaan selpi can diverifikasi nepi ayeuna.

Bobotoh Persib memenuhi bangku stadion GBLA untuk mendukung tim kesayangannya.
Bobotoh Persib memenuhi bangku stadion GBLA untuk mendukung tim kesayangannya.

Masalah pertiketan juga terjadi di negara sepak bola di Eropa juga, contoh di Serie-A, klub seperti AC Milan, Napoli, Juventus juga menghadapi hal yang sama dengan supporternya. Bahkan Juventus sampai menempuh jalur hukum karena ada indikasi Ultrasnya melakukan hal-hal yang “tidak baik” demi mendapatkan prioritas tiket bukan cuma untuk factor loyalitas tapi juga faktor ekonomi (jadi calo). Ketegangan antara Juventini dan klubnya terindikasi bahwa fans garis keras mereka sengaja menyanyikan lagu rasis dan perbuatan lainnya agar klub dihukum demi kepentingan niat mereka.

Tapi ah da B obotoh mah moal nepi ka kitu meureun, neang bati ti Bobotoh lain. Amit-amit nu kitu mah.Di sinilah sinergi antara manajemen, tim, dan bobotoh harus ditingkatkan dengan adanya diskusi 2 arah dengan niat dan visi yang sama, yaitu membuat Persib klub nomor 1 di Asean weh lah. Harus adil sejak dari pikiran untuk semua pihak. In sha Alloh atuh sagala ge ari diniatan dengan baik dan ikhtiar maksimal mah akan menghasilkan yang terbaik.

Pekan pertama seri, dengan permainan yang tidak bagus, jadi naon added value na buat Bobotoh…??? Sok ah semua pihak intropeksi semua elemen (manajemen, tim, bobotoh), jangan cuma nuntut hak tapi harus menjalankan kewajiban masing-masing.

Halaman:

Editor: Mayasari Mulyanti


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Adaptasi (Lagi)

6 Februari 2024, 17:25 WIB

Maung Punya Sayap

5 Februari 2024, 12:50 WIB

Persib Tanpa Bobotoh is Nothing

30 Januari 2024, 01:16 WIB

Terpopuler

Kabar Daerah

x