Network
Roller Coaster Reguler Series
Start buruk di awal liga 1 2023-2004 dengan catatan 3 kali hasil imbang, Persib Bandung akhirnya ditinggal pelatih kenamaan Luis Milla beserta para asistennya. Cukup mengagetkan, mengingat musim sebelumnya (2022-2023) Luis Milla berhasil membawa Persib bercokol di 3 besar.
Namun jika melihat bagaimana Luis Milla menyusun persiapan musim 2023-2024, tak aneh jika Persib akhirnya terseok-seok memulai liga. Milla baru memulai latihan perdana kurang dari sebulan sebelum laga perdana Persib. Padahal, jika melihat tim lain, mereka sudah memulai persiapan sejak 1,5 sampai 2 bulan sebelum liga. Persiapan yang mepet ditambah pemain yang belum lengkap membuat persiapan tim semakin keteteran. Praktis, Persib hanya 2 kali melakoni uji coba melawan tim yang selevel.
Melihat faktor tersebut wajar jika akhirnya Persib ringkih melakoni laga-laga awal Liga 1 mengingat kondisi fisik pemain yang belum ada di performa terbaik dan kematangan game plan yang belum sempurna. Hasil yang tak baik berbanding lurus dengan suasana ruang ganti yang kurang kondusif membuat Milla mengundurkan diri pasca pertandingan melawan Dewa United.
Sempat tanpa pelatih kepala ketika menghadapi PSM Makasar & Persik Kediri, Persib akhirnya menunjuk Bojan Hodak sebagai kepala pelatih menggantikan Milla. Memimpin tim dengan kondisi yang kurang baik tampaknya jadi PR besar untuk Bojan. Meski berhasil membuat debut mengesankan dengan 14 kali pertandingan tanpa kekalahan, namun Bojan baru mendapatkan kemenangan pertamanya setelah melewati 3 laga. Kemenangan susah payah melawan PSIS di Semarang adalah titik balik Bojan & Persib.
Setelah kemenangan di Semarang, Persib di bawah asuhan Bojan mulai merangsek ke papan atas dengan catatan tim paling produktif dan tim ke 2 dengan kebobolan paling sedikit. Hingga mengakhiri reguler series di peringkat 2, di bawah Borneo FC. Hasil tersebut tak lepas dari keberhasilan Bojan menambal beberapa hal yang yang kurang di Persib selama ini.
Pertama, Bojan mengubah skema bermain Persib yang awalnya tim dengan penguasaan bola dominan dan bermain bola pendek menjadi tim dengan counter attack cepat dengan pressing yang dimulai dari lini tengah. Hal yang membuat peran Dedi Kusnandar menjadi sangat vital, karena Dedi adalah tipikal pemain breaker dengan distribusi bola yang baik. Selain itu, strategi ini sesuai dengan tipikal para juru gedor Persib yang memiliki kecepatan dan akselerasi yang mumpuni.
Kedua, Bojan berhasil mengganti komposisi pemain asing secara tepat guna, perubahan skema 3-4-3 peninggalan Luis Milla yang diubah menjadi 4-2-3-1 membuat Persib harus mendepak Daisuke Sato. Sato yang di era Milla selalu mengisi pos bek tengah kembali ke posisi aslinya sebagai bek kiri. Persib yang surplus bek kiri karena memiliki 4 bek kiri (Rezaldi Hehanusa, Zalnando, Edo Febriansyah dan Daisuke Sato), akhirnya mau tak mau harus melepas salah satu dari keempat nama. Slot pemain asing yang terbatas dan konsistensi Rezaldi Hehanusa akhirnya membuat Sato harus rela dilepas.
Senasib dengan Sato, Levy Madinda juga tak dipermanenkan Persib. Levy yang dipinjam dari Johor Darul Takzim. Catatan 1 gol dari 15 pertandingan tak membuat Bojan puas atas penampilan pemain berkebangsaan Gabon tersebut. Dalam salah satu sesi wawancara selepas latihan, Bojan berkata ke awak media bahwa ia butuh sosok pemain yang lebih klinis dan mampu lebih banyak cetak gol dan itu tak dapat terpenuhi oleh Levy.
Tak lama dari perginya Sato dan Levy, Persib bergerak cepat dengan mendatangkan Kevin Ray Mendoza dan Stefano Beltrame. Kevin yang berposisi kiper diproyeksikan menjadi pesaing Teja Paku Alam yang menjadi kiper utama Persib. Bojan menilai Persib tak memiliki kiper yang kualitasnya setara Teja Paku Alam.
