Persib Tim Spesialis Kampanye?

- 30 Januari 2024, 01:07 WIB
Bobotoh mendatangi latihan tim Persib di Stadion Sidolig, Bandung, untuk memberi dukungan penuh.
Bobotoh mendatangi latihan tim Persib di Stadion Sidolig, Bandung, untuk memberi dukungan penuh. /Adil Nursalam/

SIMAMAUNG - Beberapa waktu lalu, bobotoh pasti sempat melihat seliweran poto dan info mengenai tim Persib Legend menggunakan kaos bertuliskan salah satu calon presiden Ganjar Pranowo. Kemudian juga pernyataan resmi klub tidak berafiliasi dengan mereka dan satu sosok calon presiden tertentu (atau dengan yang lain? #eh).

Baca Juga: Apa Kabar Regulasi Keselamatan dan Keamanan PSSI untuk Suporter Tandang?

Sejauh yang saya baca, Persib dan suporternya termasuk salah satu entitas yang cukup aktif di sepak bola Indonesia saat ada momentum politik. Kita mungkin masih ingat saat manager dan pemain Persib ikut kampanye politik pilbup Sumedang, juga saat sebagian suporter ikut kampanye calon legislatif, gubernur Jawa Barat pernah dijadikan duta tim, dan terakhir bagaimana munculnya komunitas Bobotoh Jokowi pada tahun 2019. Dan sekarang muncul fenomena Persib Legend ini.

Peneliti Halim dan Lalongan pernah menjelaskan bahwa sebuah partisipasi politik bisa dilakukan secara individual ataupun kolektif atau bersama sama. Yang dilakukan secara individu biasanya tidak menimbulkan friksi di maksyarakat, namun jika dilakukan secara kolektif biasanya menimbulkan friksi, apalagi menyangkut suatu budaya populer yang sudah sangat menempel sebagai satu identitas kedaerahan, misalnya Persib.

Tapi kenapa pesona Persib begitu menawan untuk para elit dan kelompok politik? Teddy Tjahjono (dilansir bola.net) pernah mengkliam jika Persib memiliki 22 juta suporter. Angka ini tentu sangat signifikan jika kita kaitkan pada sisi politik. Daftar pemilih tetap KPU untuk
tahun 2024 sebanyak 204 juta penduduk. Bisakah terbayang berapa persen jika satu elit atau satu kelompok politik memiliki 2-30 persen dari 22 juta orang pendukung Persib Bandung saja.

Dari angka itu sekilas kita tahu, Persib merupakan medium yang menarik untuk “terlibat” dalam politik. Kita pun seakan sudah tidak aneh lagi melihat gimmick politik dimana elit atau kelompok politik, menggunakan pernak pernik Persib saat pemilihan umum, misal poto sambil membawa syal Persib saat musim kampanye. Atau tiba-tiba menggunakan jaket Persib saat foto untuk baligo demi kepentingan elektoral. Tapi apakah
harus biasa dan mengerti?

Negara kita mengatur akan hak ini dalam Pasal 43 Ayat (1 dan 2) Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (HAM) dinyatakan, “setiap warga negara berhak untuk dipilih dan memilih dalam pemilihan umum berdasarkan persamaan hak melalui pemungutan suara yang langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan”, jadi bebaskeun.

TAPI, dalam setiap kampanye politik, dalam format apapun itu, sistem penyaringan ada pada diri individu. Diartikan setiap bobotoh punya kuasa atas dirinya sendiri. Apa dia mau menerima informasi dan melaksanakan akan pesan politik yang disebarkan lewat klub atau kelompok suporternya tersebut atau tidak?

Kita tarik sedikit ke masa lalu, federasi sepakbola (PSSI) di Indonesia memang terbentuk atas dasar politik, sebagai sarana pemersatu bangsa Indonesia untuk melawan penerintahan Belanda saat itu. Jadi jika sekarang masih berpolitik, apakah Persib dan sepak bola Indonesia pada umumnya memang sudah ditakdirkan untuk selalu dekat dengan perpolitikan?

Saya jadi teringat salah satu adegan di The Simpsons, dimana Burney Gumble seorang pemabuk, melihat kampanye Mr. Burns. Dia bilang “pemilihan umum? Bukankah itu saat para politikus menutup pintu mereka (untuk mendengarkan suara rakyat) bukan?”

Halaman:

Editor: Mayasari Mulyanti


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Adaptasi (Lagi)

6 Februari 2024, 17:25 WIB

Maung Punya Sayap

5 Februari 2024, 12:50 WIB

Persib Tanpa Bobotoh is Nothing

30 Januari 2024, 01:16 WIB

Terpopuler

Kabar Daerah

x